Pedagang di beberapa pasar
tradisional terlihat mulai frustasi sejak daya beli masyarakat untuk sejumlah
kebutuhan pokok masyarakat (kepokmas) turun drastis. Penurunan daya beli, mulai
terasa sejak pertengahan Juni, sebelum pemerintah menaikkan harga BBM
bersubsidi. Penurunan daya beli semakin parah, setelah kenaikan harga BBM yang
memicu kenaikan harga kepokmas. Sementara keuangan masyarakat sangat rendah setelah
momen kenaikan kelas.
"Penjualan
kami turun sekitar 50 persen dari kondisi normal," kata pedagang ayam di
Pasar Ciahaurgeulis, Wagiah, Rabu (27/6/2013).
Menurut dia, biasanya dalam sehari
bisa menjual ayam sampai 50 kilogram (kg). Namun saat ini dikurangi menjadi 20
ekor. Dari 20 ekor tersebut, tingkat lakunya tidak lebih dari setengahnya atau
sekitar 10 ekor.
Wagiah mengatakan, konsumen yang
biasanya membeli ayam setengah kg, saat ini hanya sekitar seperempat kg atau
tidak jadi membeli. Dalam satu hari, untuk menjual delapan ekor ayam potong
cukup susah.
Kini, pedagang mengaku pasrah atas
kondisi tersebut. Rendahnya daya beli masyarakat, kata dia, memaksa pedagang
menjual barang dagangannya lebih lama. Selain itu, pedagang juga mesti
mengeluarkan biaya operasional lebih banyak, karena harus membeli es, agar ayam
yang tidak laku bisa dibekukan dan di jual keesokan harinya.
Dia bersama pedagang ayam lainnya
mengaku tidak bisa berbuat banyak dan tidak mungkin berhenti berjualan ayam
potong yang saat ini harganya mencapai Rp33 ribu/kg.
Referensi :
sindonews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar