Sabtu, 29 Juni 2013

Kenaikan Harga BBM dan Daya Beli Masyarakat

            Pedagang di beberapa pasar tradisional terlihat mulai frustasi sejak daya beli masyarakat untuk sejumlah kebutuhan pokok masyarakat (kepokmas) turun drastis. Penurunan daya beli, mulai terasa sejak pertengahan Juni, sebelum pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi. Penurunan daya beli semakin parah, setelah kenaikan harga BBM yang memicu kenaikan harga kepokmas. Sementara keuangan masyarakat sangat rendah setelah momen kenaikan kelas.

"Penjualan kami turun sekitar 50 persen dari kondisi normal," kata pedagang ayam di Pasar Ciahaurgeulis, Wagiah, Rabu (27/6/2013).
            Menurut dia, biasanya dalam sehari bisa menjual ayam sampai 50 kilogram (kg). Namun saat ini dikurangi menjadi 20 ekor. Dari 20 ekor tersebut, tingkat lakunya tidak lebih dari setengahnya atau sekitar 10 ekor.
            Wagiah mengatakan, konsumen yang biasanya membeli ayam setengah kg, saat ini hanya sekitar seperempat kg atau tidak jadi membeli. Dalam satu hari, untuk menjual delapan ekor ayam potong cukup susah. 
            Kini, pedagang mengaku pasrah atas kondisi tersebut. Rendahnya daya beli masyarakat, kata dia, memaksa pedagang menjual barang dagangannya lebih lama. Selain itu, pedagang juga mesti mengeluarkan biaya operasional lebih banyak, karena harus membeli es, agar ayam yang tidak laku bisa dibekukan dan di jual keesokan harinya.
            Dia bersama pedagang ayam lainnya mengaku tidak bisa berbuat banyak dan tidak mungkin berhenti berjualan ayam potong yang saat ini harganya mencapai Rp33 ribu/kg. 


Referensi : sindonews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar